Kamis, 15 Desember 2016

Review Rogue One: A Star Wars Story


Hey everyone, it's Swordsman. Dengan review Rogue One: A Star Wars Story. Rogue One: A Star Wars Story, merupakan spin- off  dari seri film Star Wars yang berada di dalam dunia Star Wars (aku yakin kalimatku mungkin sedikit membingungkan). Film yang disutradarai oleh Gareth Edwards dan diproduksi oleh Lucasfilm ini dirilis di bioskop 16 Desember 2016 di Amerika Serikat. Oh ya, ini review tanpa spoiler.

Plot



Oke, pertama plot film yang akan aku bahas. Jika kalian/kamu sudah pernah menonton semua episode di seri Star Wars, sebenarnya kisah/plot di film ini sudah dijelaskan pada opening crawl di original Star Wars ( Star Wars Episode IV: A New Hope). But, jika kalian tidak pernah menonton/ tahu, aku akan jelaskan. Tanpa spoiler tentunya.

Jadi film ini berseting waktu antara episode III dan IV. Tetapi, film ini bisa dikatakan langsung berlanjut ke episode IV. Fokus plot film ini adalah kisah bagaimana Rebel Alliance mendapat rencana dan cetak biru dari senjata rahasia Empire, yang berhasil mereka hancurkan nanti pada episode iv. Well, simple and without spoiler. Jadi, tenang bagi kalian yang baru memulai petualangan di dunia Star Wars, karena film ini bisa jadi awal yang baik untuk memulai (dengan dilanjutkan episode IV tentunya agar mendapat alur cerita maju)

Review



Karakter, karakter (dan dialognya tentunya) yang menjadi hal yang sangat membuat Star Wars begitu disukai. Selain karakter karakter "klasik" seperti Darth Vader, mungkin hanya Jyn Erso (diperankan oleh Felicity Jones) yang mempunyai  character development yang baik. Bukan berarti karakter yang lain buruk dalam sisi penokohan ataupun performa aktingnya. Namun kurangnya ikatan terhadap penonton lewat apa yang disebut dengan character development-lah yang jadi masalah. Ada banyak adegan yang membuat kami (aku dan admin blog ini) menyukai karakter- karakter di film ini, namun kurangnya latar belakang pada karakter- karakternya yang membuat kami harus kehilangan rasa "terikat" yang harusnya ada.

Meskipun begitu, performa para aktor dan karakternya sendiripun cukup bagus. Seperti K- 2SO (Alan Tudyk), dan Orson Krennic (Ben Mendelsohn) tampil sangat bagus di film. Selain K- 2SO, dan beberapa mahluk alien dan robot di film ini, ada 1 karakter dari Star Wars Episode IV yang tampil full CGI (dikarenakan meninggalnya si pemeran) yang sempat menipu mataku dengan mengira jika karakter tersebut diperankan oleh pemerannya di episode iv ( thanks Industrial Light and Magic). Dialog di film ini cukup bagus, dan banyak candaan dari karakter pembantu (terutama K- 2SO) yang menemani sepanjang film.


Meskipun ada masalah pada bagian awal film (orientasi kalo di teks naratif) yang berguna mengenalkan para karakter. Namun keseluruhan plot dan filmnya sangat bisa dinikmati. Visual efek, soundtrack, memberikan kesan yang cukup mendalam bagi kami. Space battle sangat keren, petempuran di pantai sangat bagus. Hal yang sangat aku sukai adalah bahwa film ini mengambil tone yang lebih realistik dan dark. Jika kalian pernah menonton film Star Wars yang lain, kalian mungkin merasakan jika film ini memprediksi ada anak anak yang menonton. di Rogue One, film ini lebih menargetkan penonton yang lebih dewasa. Dan itu bisa dilihat dari hal kecil seperti seragam Stormtrooper yang bernoda, dsb. Bahkan film ini berasa tragis dengan klimaks antiklimaks (ini sedikit sulit untuk dijelaskan) di akhir.

Darth Vader and Star Wars Epicness


Ya, aku membuat seksi khusus untuk hal ini. Hal pertama yang perlu disampaikan adalah, jika anda ingin menonton Rogue One hanya karena Darth Vader, lebih baik anda mengurungkan niat anda. Karena Darth Vader hanya muncul sekitar beberapa menit di film ini. Walaupun begitu, adegannya sangat epik dan keren. Karakter yang sering disebut sebagai salah satu tokoh antagonis terbaik sampai saat ini ditampilkan sangat keren dengan adegannya yang bada** (ayolah kapan terakhir kali ia muncul di film), apalagi mengingat James Earl Jones kembali mengisi suara karakter epik ini. Karakter full cgi yang sempat aku sebutkan sebelumnya juga mengejutkanku. Ending film ini juga epik.


Kesimpulan



Rogue One: A Star Wars Story, merupakan spin off dari seri Star Wars yang sangat direkomendasikan untuk mengisi akhir pekan anda, terutama jika anda merupakan penggemar Star Wars. Dengan visual efek dan suara yang memukau. Bagi yang menjadikan film ini, film Star Wars pertama kalian, ini bia menjadi titik mulai yang baik, dengan Star Wars Episode IV menjadi film selanjutnya yang direkomendasikan (karena alurnya yang menyambung tanpa ada jeda waktu antar film).

Sekian review ini dibuat, jangan lupa klik ikon Google+ dan share jika bermanfaat. Sampai jumpa pada artikel selanjutnya. Swordsman returning to base.

Rabu, 07 Desember 2016

Review Game Abzu


Kali ini saya akan me- review game, Abzu. Abzu adalah game single player yang dibuat oleh developer bernama Giant Squid, dan dipublis oleh 505 Games. Game ini di"otaki" oleh art director dari game Journey. Game ini dirilis pada platform PS4, Xbox One, dan PC.

Plot dan Gameplay


Gameplay di game ini, berfokus pada interaksi dan eksplorasi terhadap objek laut. Mulai dengan mendekati segerombolan ikan agar mengiringi tokoh pada game ini, sampai berenang bersama lumba- lumba. Game ini benar benar sangat disarankan untuk dimainkan menggunakan kontroler. Walaupun bisa dimainkan dengan keyboard dan mouse, namun tetap saja kontrol terbaik dan efektif adalah kontroler untuk game- game seperti ini.

Game ini memiliki plot tentang sebuah mahluk berbentuk mirip manusia yang terbangun di tengah laut. Mahluk yang diposisikan sebagai tokoh utama/ karakter yang kita mainkan ini, harus menjalajahi lautan untuk megetahui asalnya dan apakah dia itu. Bagaimana kisahnya menjelajahi laut? Rintangan apa yang menghadapi? Silahkan mainkan gamenya di-platform yang anda pilih.

Review


Walaupun tidak ada dialog atau teks pada game ini yang menjelaskan tentang plot pada game ini. Namun naratif pada game ini disalurkan dengan baik melalui pengalaman dan perjalanan sang karakter yang terasa cukup dalam dan memiliki pesan moral yang sangat baik. Sebenarnya, pada game ini terdapat "mural" pada beberapa tempat yang mampu memperkaya naratif pada game, namun beberapa bagian terkadang tidak mudah untuk ditarik benang merahnya.

Visualisasi pada game ini sangat memanjakan mata. Bukan hal yang mengejutkan lagi mengingat art director pada game ini juga menangani game "The Journey", yang dikenal dengan stylized art-nya yang mempesona. Didukung dengan efek suara yang baik, game ini benar- benar menampilkan pengalaman menyelam dan penjelajahan laut yang sangat baik.


Segmen- segmen dimana penjelajahan mulai mencapai ke tempat yang sangat sulit dilakukan oleh manusia di dunia nyata, menjadi hal yang sangat menarik bagi kami. Daerah laut dalam sangat gelap, mengingat sinar matahari tidak dapat mencapai tempat tersebut, dan lainnya. Tidak hanya setting tempat, organisme dan ekosistem juga ditampilkan dengan cukup akurat. Seperti lumba- lumba pada laut lepas bagian permukaan, hingga paus dan cumi- cumi raksasa di daerah dalamnya.

Pengalaman gameplay juga didukung dengan sistem kontrol yang baik. Walaupun sangat dianjurkan menggunakan kontroler, penggunaan keyboard dan mouse tidak terasa buruk, dan mudah dikuasai, terutama bagi pemain yang sering menggunakan keyboard dan mouse saat memainkan game mereka.

Sayangnya game ini tidak memiliki konten yang cukup panjang (saya menyelesaikan game ini dalam waktu kurang dari 8 jam), namun tidak begitu masalah mengingat harganya terhitung terjangkau, terutama saat steam sale (saya membeli game ini saat autumn sale, dengan harga kurang dari Rp. 90.000,-).

Sebagai bonus, ini kompilasi klip gameplay kami pada resolusi 1366 x 768 (belum ada budget untuk Full HD monitor, mungkin tahun 2017) pada ultra setting.


Kesimpulan



Abzu adalah game eksplorasi dengan visual yang sangat memukau, naratif yang dalam dengan pesan yang sangat bagus. Sayangnya game ini memiliki naratif yang kurang cocok untuk pemain yang suka naratif dengan teks atau dialog. Dan konten di game ini tidak terlalu panjang membuat game ini terasa sedikit dirasa mahal jika dibeli saat tidak ada diskon.

Sabtu, 03 Desember 2016

Review The Happening


         Film keluaran tahun 2008 ini menarik perhatian saya, ketika menjadi film peringkat pertama top 200 pada ilfix (bukan sponsor). Film karya sutradara M. Night Shyamalan ini bergenre drama - horror- thriller.



Dilihat dari covernya, terlihat seperti film tentang kehancuran dunia. Dengan gambar langit yang menghitam dan mobil yang posisinya tidak beraturan terlihat seperti akhir dunia akan terjadi. Ya tapi sebenarnya jalan ceritanya tidak seperti itu.

Film ini menceritakan  Mark Wahlberg sebagai Elliot Moore dan istrinya Zooey Deshanel sebagai Alma Moore juga anak temannya  Ashlyn Sanchez sebagai Jess, dimana mereka harus menyelamatkan diri dari wabah aneh yang menyerang kota. Tidak jelas apa sumber wabah ini, entah virus, atau serangan teroris. Tapi yang pasti jika seseorang terserang wabah ini, maka orang tersebut akan berperilaku aneh dan bunuh diri dengan cara apapun.


REVIEW

                Jujur saya suka sama film ini, walaupun saya sedikit bingung sama review orang-orang tentang film ini yang rata-rata tidak suka dan memberi komentar negatif. Yang saya suka difilm ini adalah saya jamin sampai detik terakhir film ini anda tidak akan dapat memecahkan misteri dalam film ini, anda tidak akan menemukan jawaban apapun. Karena saya sendiri tidak menemukan jawaban, dan  itu membuat saya jadi penasaran.

                Saya sempat googling apa jawaban dari film ini, namun saya belum menemukan apa-apa. Saya sarankan anda harus menonton film ini, dan mungkin anda dapat menemukan jawabannya? Jadi, apa yang sebernarnya terjadi? 


note : iflix gratis sebulan pakai email baru

Rabu, 23 November 2016

Review Kickboxer: Vengeance


Kickboxer Vegeance adalah film seni beladiri yang di sutradarai oleh John Stockwell yang di distribusikan oleh RLJ Entertainment, dan di bintangi oleh Alain Moussi, Jean-Claude Van Damme (yang mungkin kalian ketahui dari film serial Kickboxer sebelumnya), Dave Bautista, Gina Carano, Georges St-Pierre, dan Darren Shahlavi. Film ini merupakan film reboot dari film serial kickboxer sebelumnya. Film tersebut telah rilis di bioskop pada tanggal 2 September 2016.

Sinopsis Film


Kurt Sloane (yang di perankan oleh Alain Moussi) pergi ke Thailand untuk balas dendam kepada Tong Po (yang diperankan oleh Dave Bautista), karena Tong Po telah membunuh sodara kandungnya saat bertarung dalam kompetisi ilegal di Thailand. Kurt dilatih oleh Durand (yang diperankan oleh Jean-Claude Van Damme) agar Kurt dapat berhadapan melawan Tong Po. pada saat Kurt telah siap untuk melawan Tong Po, Liu (yang diperankan oleh Sara Malakul Lane) menangkap Kurt dan Durand karena Liu tidak bertanggung jawab untuk mengawasi Kurt saat berada di Thailand.Tetapi Kurt kabur dari penjara dan langsung bergegas ke pertandingan untuk melawan Tong Po. Pada babak pertama Kurt hampir kalah dalam pertandingan tetapi Kurt dapat bertahan dan pada babak kedua pertandingan pun tambah sengit karena telah ditambahkan senjata yaitu pecahan beling yang di tusukkan pada sarung tangan mereka, Tong Po masih unggul dalam babak kedua sampai akhirnya di babak ketiga Kurt pub berhasil mengalahkan Tong Po dan berhasil membayar dendamnya sambil mengatakan "This is for Eric". Ending film penonton akan di hibur dengan jogetan Jean-Claude Van Damme pada film Kickboxer 1989 dan Alain Moussi meniru jogetannya.

Cast

  • Alain Moussi sebagai Kurt Sloane
  • Jean-Claude Van Damme sebagai Master Durand
  • Dave Batista sebagai Tong Po
  • Darren Shahlavi sebagai Eric Sloane
  • Gina Carano sebagai Marcia
  • Georges St-Pierre sebagai Kavi
  • Sara Malakul Lane sebagai Liu
  • Matthew Ziff sebagai Bronco
  • T.J. Storm sebagai Storm
  • Steven Swadling sebagai Joseph King
  • Sam Medina sebagai Crawford
  • Luis Da Silva sebagai Stahl
  • Cain Velasquez sebagai King's Fighter
  • Fabricio Werdum sebagai Fighter
  • Michel Qissi sebagai Prisoner (uncredited cameo)

Penggambaran Film


Pengambilan film di mulai pada tanggal 24 November 2014, di New Orleans dan Thailand. Pengambilan film pertama di ambil di New Orleans pada scene Dave Bautista dan Alain Moussi di pertandingan terakhir dikarenakan Dave Bautista diharuskan untuk pergi lebih awal untuk pengambilan scene di film James Bond: Spectre sebagai Mr. Hinx.
Setelah pengambilan scene di New Orleans selesai, aktor Darren Shahlavi yang berperan sebagai Eric Sloane meninggal dunia pada tanggal 14 Januari 2015 di umur 42 tahun. Demitri Logothetis berkata bahwa film ini akan di dedikasikan untuk memperingati Darren Shahlavi.


Review

Sangat di rekomendasikan bagi yang sangat menyukai film Action, cerita dengan alur maju mundur, seni bela diri muay thay, dan film ini berating 17+. Dengan rating 17+ yang pasti film ini bukan untuk anak-anak yang berumur dibawah 17 tahun kecuali dalam pengawasan orang dewasa. Film Kickboxer Vengeance  tidak cocok bagi yang tidak menyukai film action, darah, dan perkelahian.


Kesimpulan

Film ini merupakan cerita reboot dari serial film kickboxer yang dulu diperankan oleh Jean-Claude Van Damme sebagai Kurt Sloane pada tahun 1989, dan film Kickboxer vegeance 2016 masih diperkuat dengan Jean-Claude Van Damme sebagai master atau trainer Kurt Sloane.




Cocok untuk:
 + Yang suka film action
 + Yang suka perkelahian
 + Yang suka muay thai

Tidak cocok untuk:
 - 17 tahun kebawah
 - Takut darah
 - Emosi yang berlebihan




Sabtu, 19 November 2016

Review Fantastic Beasts and Where to Find Them


Fantastic Beast and Where to Find Them adalah film terbaru dari Warner Bros, yang masih satu universe dengan film film dari seri Harry Potter. Film yang disutradarai oleh Dvid Yates ini dirilis di Indonesia pada tanggal 16 November 2016 lalu. Screenplay film ini adalah J.K Rowling sendiri. Film ini ber-rating 13 tahun.

Sinopsis Film


Plot film ini, bercerita tentang Newt Scamander -yang dibintangi oleh Eddie Redmayne- yang datang ke New York untuk sesuatu alasan yang berada didalam kopernya, yang berupa mahluk mahluk dengan kemampuan fantastis. Namun, nasib sial menimpa dan membuat isi koper Newt keluar dan berpotensi menimbulkan masalah. Apakah Newt berhasil, menemukan isi kopernya? Tantangan apa saja yang menghadang? Silahkan tonton film ini di bioskop kesayangan anda.

Review


Hal pertama yang ingin saya sorot adalah, bagaimana tokoh protagonis di film ini sangatlah menarik dan baik ditampilkan. tokoh pembantu juga cukup bagus, seperti Jacob Kowalski -yang diperankan oleh Dan Fogler- yang berasa sebagai representasi penonton (terutama fans Harry Potter), yang tidak benar- benar tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Setting waktu tahun 1926 sangat baik ditampilkan, dengan presentasi kota New York yang baik. Properti yang digunakan juga sesuai dengan setting yang digunakan. Spesial efek dan CGI digunakan dengan baik dan tidak "menyakiti" mata.


Plot film ini mempunyai "nada" yang mirip dengan film- film Harry Potter sebelumnya, yaitu dark tapi dengan humor disana- sini namun dengan kuantitas yang membuat "nada" film ini berubah. Plot filmnya terasa segar dan tidak membuat orang- orang yang tidak mengenal Harry Potter kebingungan (yang mana saya adalah salah satu diantaranya), sesutau yang biasanya menjadi masalah difilm- film yang mengambil setting waktu sebelum film/ seri sebelumnya. Yang paling saya suka dari sisi plot adalah meskipun mereka memiliki rencana membuat 5 film untuk seri ini, tapi film ini tidak terasa seperti "pemanasan" untuk fim selanjutnya. Film ini memiliki konklusi/ akhir yang dirasa tidak "menggantung", tidak seperti film serial pada umumnya.

Kesimpulan

Fantastic Beasts and Where to Find Them adalah film dari dunia Harry Potter yang sangat cocok bagi yang sangat menyukai film bertema sihir atau fans dari Harry Potter itu sendiri.


Cocok untuk:
+ Penggemar Harry Potter/ film bertema sihir.
+ Yang suka dengan film dengan cerita yang fresh namun terhubung dengan seri film yang sudah ada.
+ Yang suka dengan film bisa ditonton bersama keluarga.
+ Yang suka mencoba film dengan tema yang belum pernah dia tonton.


Tidak cocok untuk:
- Yang tidak suka Harry Potter/ film bertema sihir.
- Yang tidak suka film berseting di masa lalu.

Minggu, 06 November 2016

Review Doctor Strange


Doctor Strange, adalah film dari Marvel Studio yang dirilis pada 27 Oktober 2016 di Indonesia, atau 4 November 2016 di Amerika Serikat. Film dengan budget 165 juta dolar ini dibintangi oleh Benedict Cumberbatch (Sherlock), dan disutradarai oleh Scott Derrickson. Film ini termasuk dalam bagian Marvel Cinematic Universe (MCU). Film ini diberi rating 17 tahun di Indonesia.

Sinopsis Film


Film ini mengisahkan seorang ahli dokter syaraf bernama Stephen Strange, yang begitu berbakat dan mampu melakukan operasi- operasi sulit. Sayangnya, kariernya harus berakhir disaat dia mengalami kecelakaan dan menyebabkan syaraf di tangannya rusak dan membuat tangannya bergetar. Ingin kembali melanjutkan kariernya, dia menghabiskan seluruh kekayaan untuk menyembuhkan tangannya. Kehabisan cara, dia mendengar ada pasien lumpuh karena patah tulang punggung yang berhasil sembuh meski, secara kedokteran mustahil sembuh. Apakah dia akan sembuh? Apakah dia menemukan caranya? Silahkan tonton di bioskop kesayangan anda (ini no spoiler review).


Review


Hal pertama yang harus diketahui adalah ILM (Industrial Light and Magic) sekali lagi melakukan pekerjaannya dengan sangat luar biasa. Efek visual yang ditampilkan pada film ini sangat bagus sekali. Walaupun begitu sepertinya rada sulit untuk diikuti untuk bagian disaat banyak efek ditampilkan bersamaan. 

Aktor-aktor yang berperan dalam film ini memiliki performa yang cukup baik. Walaupun pemilihan aktor perempuan sebagai Ancient One cukup kontroversial  dikalangan pecinta komik. Namun, Benedict Cumberbacth yang tampil sebagai Doctor Strange, berhasil menampilkan karakter yang sangat baik. Tidak hanya penampilannya yang mirip dengan Doctor Strange dalam komik, namun karakterisasi/ penokohannya cukup baik ditampilkan, meskipun saya tidak ingat jika dalam komik, Doctor Strange cukup humoris. Karakter Mordo cukup menarik, apalagi setelah mengetahui ada potensi untuk muncul di film berikutnya.



Adegan aksi yang ditampilkan sangat baik, terutama jika dibandingkan dengan film film dengan genre sihir/ mistis yang serupa. Plot utama pada film ini sedikit sulit untuk diikuti oleh orang yang kurang mengerti komik atau konsep dasar dari dimensi lain dan perjalanan waktu (time travel). Sayangnya, formula marvel yang membuat film- filmnya terasa ringan dan humoris membuat sedikit rasa bosan karena kurangnya variasi tema film yang lebih kelam (tidak lebih kelam dibanding Winter Soldier). Walaupun begitu, film ini tetap dapat dinikmati dengan baik. Jangan lupa untuk tetap di kursi saat credit berjalan, karena film ini memiliki mid-credit scene & post-credit scene. Yang mana mid-credit scene-nya akan memberikan intipan tentang Thor Ragnarok.

Kesimpulan

Doctor Strange adalah film MCU yang sangat cocok untuk ditonton bersama pasangan, atau teman, jika tidak berkeberatan dangan plot yang sedikit rumit. Film yang ber-rating 17 di Indonesia ini sangat mirip dengan film Marvel Studio lainnya terutama dibagian humor, jadi anda tidak perlu khawatir film ini akan membosankan di tengah film.


 

Cocok untuk:
+ Pecinta Marvel.
+ Pecinta film dengan plot rumit.
+ Penggemar Benedict Cumberbatch.
+ Orang yang suka film dengan visual efek keren.


Tidak cocok untuk:
- Orang yang tidak suka Marvel.
- Bosan dengan pendekatan yang Marvel lakukan pada filmnya.
- Tidak suka dengan plot rumit.
- Yang tidak suka dengan visual ala ILM.

Selasa, 25 Oktober 2016

Review Jack Reacher: Never Go Back


Kali ini kita akan mereview sebuah film berjudul "Jack Reacher: Never Go Back". Film ini adalah sekuel dari film berjudul "Jack Reacher". Film produksi Skydance Media ini disutradarai oleh Edward Zwick, dan dibintangi oleh Tom Cruise yang kembali berperan sebagai Jack Reacher. Film yang memiliki budget 53 juta dolar ini dirilis tanggal 21 Oktober 2016.

Plot Film


Film ini adalah adaptasi dari novel karya Lee Child dengan judul "Never Go Back". Film ini mengisahkan tentang Jack Reacher, seorang mantan tentara yang berusaha untuk membersihkan nama baik seorang pimpinan polisi militer yang ditahan atas tindakan yang tidak dia lakukan. Dalam investigasinya banyak kejadian yang membuatnya ikut menjadi bagian kasus tersebut. Ada beberapa twist yang terjadi pula yang mempersulit Jack dalam menyelesaikan masalahnya.

Review


Secara pribadi, jujur saya belum pernah menonton film pertama Jack Reacher, ataupun novelnya. Tom Cruise sebagai Jack Reacher sangat baik, aktingnya sangat hidup. Tokoh tokoh penfukung lainnya cukup baik, meskipun tidak terlalu wah. Adegan aksi yang dilakukan parah tokohpun cukup baik, walaupun begitu film ini dirasa cukup santai dan humoris.

Plot cerita dan sekuen adegannya cukup menarik. Walaupun begitu ada sebagian sekuen yang mampu ditebak dan dirasa pernah ditonton, termasuk salah satu plot twist menjelang klimaks. Film ini cukup menarik untuk saya, terutama pada bagian detektifnya, seperti saat dia melacak dimana seorang remaja sedang bersembunyi.

Film yang berdurasi 118 menit ini, sempat dirasa terlalu panjang saat ditonton. Namun tidak mengganggu kenikmatan saat menontonnya.

Kesimpulan

"Jack Reacher: Never Go Back" merupakan film aksi yang cukup baik untuk ditonton, terutama bagi penggemar Tom Cruise. Walaupun ada bagian plot yang dapat ditebak.


Cocok untuk:
+ Penggemar film aksi.
+ Suka film aksi yang sedikit santai.
+ Penggemar Tom Cruise.
+ Suka film aksi dengan beberapa adegan detektif, dan plot twist sana sini.


Tidak cocok untuk:
- Yang tidak suka film aksi.
- Merasa Tom Cruise tidak menarik.
- Tidak suka film dengan cerita yang dapat ditebak.

Jumat, 23 September 2016

Liyla and The Shadows Of War


Permainan berdasarkan kejadian sebenarnya, menceritakan kisah seorang gadis kecil hidup dalam perang.”

           Begitulah isi deskripsi game story dengan rating 4,6/5 versi google play store “LIYLA AND THE SHADOWS OF WAR”. Permainan dengan tema warna hitam dan abu-abu ini menceritakan bagaimana Liyla juga kedua orang tuanya sebagai tokoh utama bertahan hidup didaerah perang, dimana game ini dibuat untuk menggambarkan suasana kehidupan di Gaza, Palestina. 

                      “For best experience, play this game in a dark room with headphones on”

   
          Ya memang sangat disarankan ketika memainkan permainan ini menggunakan earphones atau headphones dengan volume tinggi, ditempat gelap, sendirian. Karena permainan ini akan membuat kita si pemain seakan berada pada situasi hidup didaerah perang. 


        Untuk level yang disajikan, memang tidak banyak. Tetapi permainan free ini patut, harus, wajib untuk dicoba. Pesan yang bisa saya ambil dari permainan ini adalah, bahwa kita harus banyak bersyukur dengan kehidupan kita yang sekarang.




http://liyla.org