Sabtu, 01 Juni 2019

Review Godzilla: King of The Monsters


Hey guys, it's Swordsman. Kali ini aku bakal bahas Godzilla: King of The Monsters. Godzilla: King of The Monsters adalah film sequel dari film Godzilla (2014), dan merupakan film ke-35 dari franchise Godzilla (yang nggak kesemuanya nyambung). Film yang awalnya digunakan sebagai kritik politik di Jepang ini merupakan film hasil sutradara Michael Dougherty, yang juga ikut nulis naskah filmnya bersama Zach Shields. Aslinya film ini mau disutradarai oleh Gareth Edward, tapi batal karena pada 2016, dia ninggalin project film ini. Oh ya, film ini dibintangi oleh Ken Watanabe, Kyle Chandler, Vera Farmiga, Millie Bobby Brown, Sally Hawkins, dan lainnya. Film yang memiliki budget 200 juta dollar AS ini, rilis di Indonesia tanggal 30 Mei 2019 kemaren.

Plot


Setelah kejadian di film Godzilla (2014), Monarch (organisasi yang meneliti & mencari kaiju/monster) dituntut oleh pemerintah dan masyarakat untuk memberitahukan lokasi dan membunuh para monster yang sudah mereka temukan. Mengetahui bahwa tidak semua monster yang ditemukan berada pada pihak yang "jahat", mereka tetap bungkam. Namun, dalam kejadian bangunnya salah satu monster yang mereka temukan, diketahui bahwa ada pihak lain yang mengincar monster ini dengan alasan yang tidak diketahui. Apa yang terjadi? Silahkan tonton di bioskop kesayangan anda.

Review


Dari trailer film kita tahu bakal ada 4 monster yang bakal berantem di film ini, dan semuanya punya desain yang keren abis. Kualitas CGI di film ini sangat memanjakan mata, adegan dimana monster ditampilin cukup dekat dengan kamera, masih punya detail- detail yang bikin otak "gila, itu kulitnya nyata banget". Efek pas adegan aksi juga nggak kalah kerennya kok.

Ngomongin tentang aksi, film ini nggak bakal bikin kecewa buat yang pengen nonton monster berantem. Adegan monster di film ini cukup banyak dan nggak bakalan bikin ngeluh "monster berantemnya kedikitan". Pertarungannya epik dan lengkap dengan adegan yang cocok buat wallpaper HP, atau komputer. Hanya saja ada sedikit adegan pertarungan yang ditampilin close up dengan monsternya yang terlalu deket dan kameranya terlalu bergetar, jadi kita nggak keliatan jelas apa yang terjadi. Untungnya ini cuma sedikit.

Akting di film ini nggak jelek, tapi plot yang ditulis di naskah untuk tokoh manusia nggak membantu untuk penonton terpaku untuk jangka waktu yang lama. Untuk SFX alias efek suara, film ini masih sekeren film yang mereka lanjutin. 


Sayangnya, bagian tengah film ini nggak begitu asik, ada minimal 2 adegan eksposisi yang dibawa terlalu panjang, yang mana nggak ngebantu plot yang berjalan untuk semakin menarik. Banyaknya adegan eksposisi ini, tidak dibawa dengan progress seting cerita adalah salah satu kelemahan film ini menurutku. Ditambah, waktu yang dihabiskan dalam adegan- adegan tersebut bisa dipakai untuk transisi pergerakan karakter dari dalam satu ruangan/kendaraan ke ruangan/kendaraan lainnya, yang mana mengurangi jump-cut yang digunakan terlalu banyak disini. Kurangnya adegan transisi perpindahan karakter manusia di film ini, membuat rada sulit untuk menerka dimana mereka. Tau- tau udah di bunker, tau tau udah di kapal, dan ini paling kerasa banget di tengah film.


Hal terakhir yang aku rasa kurang adalah, bagaimana film ini nunjukkin skala dari monster- monster yang ditampilin. Kalo kita lihat di film Godzilla (2014), gerakan Godzilla terkesan berat, lambat, yang mana seperti seharusnya, mengingat tingginya yang sekitar tinggi Monas yang ada di Jakarta. Yang dimaksud bukan lambat seperti slow motion, tapi lambat seolah- olah mereka punya beban yang sangat berat. Simpelnya, nggak mungkin tangan kita secepat tangan belalang sembah (cengcorang/ cangcorang, itulah pokoknya), kalau kita bisa, nggak ada cerita kita meleset pas nepok nyamuk. Dan di film ini, meski nggak se-ekstrim contoh, namun perbedaan beban gerak Godzilla misalnya, lebih kecil dalam film ini. Nggak kerasa banget, tapi buat yang udah nonton yang sebelumnya bisa keliatan dengan mudah.

Kesimpulan

Godzilla: King of The Monsters merupakan film aksi pertarungan monster yang keren abis, dilengkapi dengan tampilan yang cantik, efek visual yang keren, efek suara yang bagus, dan pertarungan epik, yang bakal bikin liburan ini (kalo libur, hehe) menjadi lebih seru. Namun dilengkapi dengan beberapa kekurangan yang mengurangi sedikit nikmat dari film ini.


Cocok untuk:
+ Pecinta film aksi yang ingin menghabiskan liburan dengan film aksi yang keren.
+ Yang suka pertarungan epik antar monster.
+ Yang suka desain dan kemampuan kaiju ala versi Jepang.
+ Yang oke dengan simplisitas plot dari sisi monster.


Tidak cocok untuk:
- Yang nggak suka film aksi.
- Yang mengutamakan plot super menarik dibanding apa aja.