Senin, 19 Juni 2017

Late Review || Danur || London Love Story 2

          Ada beberapa review film yang sudah aku buat tapi, belum di post karena gak sempet terus akhirnya kelupaan. Tapi daripada mubazir, review film tersebut akan aku post dalam satu artikel. Kali ini ada 2 film yang cukup happening beberapa bulan lalu, dengan tema film yang kontras. Yup, London Love Story 2 (2017) bergenre romantis/drama dan Danur (2017) yang bergenre horror. Yang pertama, aku bakal kasih review London Love Story 2 (2017).
         


          Seperti judulnya, film ini adalah sekuel kedua dari film London Love Story pertama 
ditahun 2016 berdurasi 97 menit. Masih dengan sutradara yang sama yaitu Asep Kusnidar dan aktor juga aktris yang sama, yaitu Michelle Ziudith sebagai Caramel, Dimas Anggara sebagai Dave, Ramzi sebagai Sam, dan penambahan aktor Rizki Nazar sebagai Gilang, juga Salshabila Adriani sebagai Samira .


            PLOT
Film ini menceritakan tentang kelanjutan dari kisah cinta Caramel (Michelle Ziudith) , Dave (Dimas Anggara) dimana impian sejak kecil Caramel dapat terwujud untuk pergi ke Swiss dan bermain salju sebagai kado ulang tahun dari Dave. Namun, dalam perjalanannya menuju Swiss, mereka mengalami beberapa hambatan dimana hampir ketinggalan kereta, lalu paspor Dave terjatuh dan membuat Caramel harus berangkat sendiri ke Swiss sementara Dave naik kereta jam berikutnya.

            Setibanya di Swiss, Caramel dijemput oleh Sam (Ramzi). Banyak kejadian lucu yang terjadi selama perjalanan Caramel dan Sam dari stasiun sampai tempat tinggal Sam. Malam harinya Sam mengajak Caramel kesebuah restoran terkenal di Swiss dengan chef orang Asia, disaat yang bersamaan Dave pun datang. Tanpa disangka, chef tersebut adalah Gilang (Rizki Nazar) yang merupakan cinta lama masa SMA Caramel yang sudah dia kubur dalam-dalam, dan kemunculan sahabat lamanya Samira (Salshabila Adriani) yang dapat membantu Dave mengungkapkan hal yang ditutupi dari Caramel. Disinilah konflik dimulai. Kisah cinta Caramel dan Dave diuji.


            REVIEW

            Rata-rata seperti film drama cinta lainnya, film ini mengisahkan tentang perjalanan cinta dan berbagai hambatan didalamnya. Dengan film yang tema dan alurnya standar film drama indonesia terdapat nilai plus dari film ini dimana akting dari aktor dan aktrisnya yang memang berpengalaman pada film bergenre drama seperti ini, dan film ini cukup membuat saya baper di akhir-akhir film. Yang saya suka dari film ini adalah cerita yang lebih realita tak kesan dibuat-buat yang terlalu drama fantasi. Saya juga kurang bisa menebak ending dari ceritanya, itu juga nilai plus dari film ini. Pemilihan soundtrack film yang didominasi lagu dari penyanyi rossa, menambah suasana drama dalam film tersebut.




Yang kedua, sudah pasti review film Danur (2017). Danur : I can see ghost merupakan film horror indonesia yang tayang pada 30 maret 2017 yang disutradai oleh Awi Suryadi. Film berdurasi 78 menit ini terinspirasi berdasarkan kisah nyata seorang anak indigo bernama Risa yang kemudian dijadikan sebuah buku dengan judul yang sama Danur. Film ini diperankan oleh Prilly Latuconsina sebagai Risa dewasa, Wesley Andrew sebagai Hantu William , Kevin Bzezovski sebagai Hantu Janshen , Gama Haritz sebagai Hantu Peter, Indra Brotolaras sebagai Andri, Shareefa Danish sebagai Hantu Asih, Sandrinna Mischelle sebbagai Riri, Kinaryosih sebagai Ely, Inggrid Widjanarko sebagai Nenek, Asha Kenyeri sebagai Risa kecil, Fuad Idris sebagai Mang Ujang dan Jose Rizal Manua sebagai Asep




PLOT
Danur sendiri diartikan sebagai bau busuk yang keluar dari mayat. Dalam film ini diceritakan Risa saat kecil tidak mempunyai teman, orang tuanya yang bekerja membuat Risa merasa kesepian. Risasaat itu hanya tinggal dengan  Mang Ujang, pada saat ulang tahunnya yang ke-8 Risa kecil berdoa mengharapkan endapat teman. Dan saat itulah dimulai Risa bertemu dengan teman hantunya yaitu William, Peter, dan Janshen. Sejak saat itu Risa menjadi tidak kesepian. Namun, Mang ujang yang menemani Risa saat dirumah merasa janggal ketika melihat Risa tertawa dan bermain seperti menyebut nama dan membuat ibunya Elly menjadi khawatir. Dan akhirnya terungkap bahwa temn-teman Risa adalah hantu, yang akhirnya membuat Risa dan keluarganya pindah dari rumah tersebut.
9 tahun kemudian Risa dan Elly ibunya juga adiknya Riri kembali kerumah tersebut untuk menjaga neneknya yang sedang sakit bergantian dengan Andri sepupunya. Namun, kejadian aneh mulai terjadi. Gangguan Asih yang merupakan Hantu jahat membuat resah Prilly dan teringat akan masa lalunya, dan puncaknya saat Riri menghilang. Risa pun harus enyelatkan adiknya dari Hantu jahat yang berencana membawa Riri ke dunia lain.



REVIEW
Ketika melihat film ini kalian akan mengingat adegan pada salah satu film horror luar negri. Dibandingkan dengan film horror indonesia lainnya, film ini berbeda jauh dengan film horror indonesia biasanya, dengan pernyataan bahwa ini adalah sebagian dari kisah nyata membuat nilai plus pada film bergenre horror ini. Kalau saya pribadi selama menonton film ini gak selalu melulu tegang, ada bagian sedih dan harunya yang membuat film horror ini makin berbeda, dan film ini wajib buat ditonton. Kalau diberi nilai dari 1-10 saya kasih nilai 9.







danur : i can see ghost (2017)

Sabtu, 04 Maret 2017

Review Film Logan


Hai, kali ini aku akan me-review film Logan. Logan adalah film ketiga Wolverine, yang juga merupakan spin-off dari seri X-Men. Film ini juga merupakan penampilan Hugh Jackman sebagai Wolverine dan Patrick Stewart sebagai Profesor X. Film ini disutradarai oleh James Mangold dan berdurasi 137 menit. Oh iya, ini film X-Men kedua yang ber-rating R.

Plot


Logan (panggilan lain dari Wolverine) kini semakin tua, dan bersama Charles Xavier, mereka tinggal di suatu tempat di El Paso. Hidup disaat tidak ada kelahiran mutan lagi dan tidak diketahuinya mutan yang hidup selain mereka, Logan hidup dengna keputus-asaan, namun harus tetap berjuang untuk merawat Charles yang semakin renta. Dimasa penuh putus asa tersebut, datanglah seorang mutan kecil ke kehidupan mereka, yang membutuhkan Logan untuk mencapai sebuah tempat. Apakah mereka berhasil? Silahkan tonton filmnya di bioskop kesayangan anda.

Review: Film Superhero dengan Bumbu Western yang Mengharukan



Pertama, film ini mengingatkan aku dengan film- film bergenre western, terutama bagian awal dan akhir. Film ini akhirnya dapat menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi jika seseorang tertusuk atau terkena cakar adamantium milik Wolverine, dan itu bisa dibilang brutal. Bukan berarti ini buruk, karena sebenarnya dengan memperlihatkan hal tersebut, kita bisa mengetahui apa yang menghantui Wolverine di setiap tidurnya. Dan film yang membuat kita secara emosional peduli atau terhubung dengan karakternya seringkali sangat bagus.

Skrip film ini sangat fantastis, mereka berhasil menyentuh hati penonton. Mereka berhasil memunculkan drama yang baik, dan menarik. Meskipun film ini memiliki plot yang serius, namun ada beberapa humor disini, tidak banyak, namun sesuai dengan proporsinya. Terutama adegan dimana Logan, Charles, dan Laura (mutan kecil yang bersama mereka), makan malam bersama sebuah keluarga petani. Dialog yang disampaikan terasa segar dan unik, dan realistis secara bersamaan.


Performa aktor dan aktris pada film ini luar biasa. Hugh Jackman dan Patrick Stewart, berhasil menkankan bahwa casting pada film X-Men (2000) sangatlah tepat. Mereka berhasil memerankan karakternya luar biasa baik untuk sekali lagi (dan mungkin terakhir kali). Aktris pemeran Laura, juga aku anggap merupakan pilihan tepat. Dia berhasil mencuri perhatian sebagai mutan berumur 11 tahun pada film ini. Adegan dramatis dan aksi diperankan dengan sangat baik olehnya pula. Performa karakter pendukung dan antagonis juga terasa natural terlepas dari penokohannya.

Secara sinematografi, pengambilan gambar pada film ini dilakukan dengan baik. Aksi yang terjadi dimunculkan dengan jelas, dan menegangkan. Adegan drama diambil dengan baik pula. Editing juga tidak memiliki masalah. Ada beberapa bagian dimana framerate (jumlah frame per detik, yang biasa dijadikan patokan seberapa halus suatu pergerakan pada film atau animasi) terasa lebih tinggi dibanding sebagian besar adegannya, namun dirasa cukup masuk akal mengingat apa yang terjadi pada adegan tersebut. Adapula beberapa adegan yang pengambilannya dirasa memnuculkan kesan film western.



Pemasalahan pada film ini muncul jika kita ingin mengaitkan film ini dengan film lain. Dikarenakan X-Men: Days of Future Past, banyak yang bingung pada alur waktu mana film ini terjadi. Jika kamu salah satunya, film ini berada alur waktu (timeline)  setelah ending masa depan X-Men: Days of Future Past. Pendekatan film yang berbeda dengan mayoritas film superhero, membuat film ini dirasa tidak membuat orang yang sudah terbiasa dengan film superhero kebanyakan butuh sedikit adaptasi. Hal seperti ini juga yang terjadi dengan trilogi The Dark Knight yang disutradarai Christopher Nolan. Jika pada trilogi The Dark Knight, pendekatan yang lebih realistis, membuatnya seperti crime-drama dikarenakan Batman yang (setiap dari semua versinya) tidak memiliki kemampuan super, sehingga terkadang sulit mengatakan bahwa trilogi tersebut adalah film superhero. Berbeda dengan Logan, film ini tetap memilik cita rasa superhero didalamnya, karena kekuatan super itulah yang menjadi bagian dari karakter pada filmnya.

Ngomong- ngomong, soundtracknya bagus, dan pas banget ama filmnya.

Kesimpulan



Logan merupakan film superhero terbaru dari franchise X-Men, dengan cita rasa berbeda, penuh emosional, dilengkapi adegan aksi yang brutal nan seru, dan drama yang menarik nan segar dengan soundtrack yang selalu pas dengan tiap adegannya. Menampilkan penampilan terakhir Hugh Jackman sebagai Wolverine, dan Patrick Stewart sebagai Profesor X, dan menampilkan penampilan pertama dari Dafne Keen sebagai Laura yang sangat baik dan membuatku berharap Fox membuat film untuknya. By the way, tidak ada plus minus untuk review ini.